Essay: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PENCEGAHAN PEMAKAIAN TAS BERAT TERHADAP PEMBUNGKUKAN POSTUR TUBUH ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Permasalahan
Seorang anak yang lahir di dunia merupakan tanggung jawab dari orang tua yang telah melahirkannya, orang tua harus merawat, mendidik, dan menuntun anak di jalan yang benar. Mendidik anak dalam dunia pendidikan sehingga anak dapat memiliki pengetahuan, menuntun anak di jalan yang benar dalam bidang sopan santun dan perilaku sehingga anak dapat menjadi seseorang yang dapat menjadi teladan bagi orang lain, dan yang terpenting adalah merawat anak dalam bidang kesehatan. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat penting bagi kelangsungan hidup seseorang.
Akan tetapi, banyaknya orang tua yang kurang peka akan kesehatan anak mereka dikarenakan kurang memperhatikan keseharian anak mereka yang sebenarnya dapat mempengaruhi kesehatan anak mereka. Menurut Azrul (2004 , 2), Penampilan luar merupakan hal yang pertama kali orang lihat untuk menilai kesehatan fisik yang ideal. Penilaian setiap orang pastinya akan berbeda, antara orang biasa dengan orang yang mempunyai bekal pengetahuan medis akan memiliki penilaian yang sangat berbeda. Namun secara umum orang akan menilai tubuh sehat ideal, dilihat dari postur tubuh. Postur tubuh anak adalah salah satu aspek yang sering kali orang tua lalai ketika memperhatikan kesehatan dari buah hatinya.
Berdasarkan teori, posisi tubuh dalam mengangkat dan membawa beban dapat mengakibatkan tulang belakang, terutama tulang belakang bagian bawah, akan mengalami pembebanan dan penekanan sehingga responden lama kelamaan akan merasakan ngilu atau nyeri pada bagian tersebut. Nyeri itu dapat disebabkan oleh karena kelelahan otot maupun karena tertekannya akar syaraf akibat dari rusaknya jaringan pembungkus diskus intervertebralis (Suharto, 2005). Tulang punggung akan bekerja menahan beban lebih keras jika berat dari bawaan yang diangkat semakin berat (Nurmianto, 1996). Maka dari itu jika sebuah tubuh dipaksa untuk membawa beban yang beratnya tidak seimbang dengan kekuatan dan ukuran tubuhnya, hal ini akan sangat berpengaruh pada hal tersebut. Pembebanan berlebihan pada tulang belakang mengakibatkan tulang belakang menjadi rusak sehingga berpotensi terjadinya penyakit yang merupakan salah satu faktor terjadinya nyeri punggung bawah.
Dari pernyataan tersebut orang tua harus lebih peka terhadap dampak yang akan terjadi pada anak mereka ketika anak mereka menggunakan tas yang berat. Semakin lama semakin banyaknya anak yang memiliki postur tubuh bungkuk, hal ini dikarenakan semasa kecilnya dimana masa pertumbuhan tulang sangatlah cepat dihambat dengan beratnya barang bawaaan seorang anak, dan hal ini biasanya terjadi pada anak pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar.
Usia Sekolah Dasar merupakan masa pendidikan yang cukup lama pada anak, yaitu seorang anak harus menempuh pendidikan selama 6 tingkatan dan berjalan setahun tiap tingkatannya, dan jika gagal pada tingkatan tertentu, anak tersebut harus mengulang tingkatan tersebut hingga menyelesaikannya. Maka, jika seorang anak harus membawa tas mereka yang berat setiap harinya dalam perjalan berangkat-pulang nya dalam usia Sekolah Dasar ini maka hal ini akan membahayakan kesehatan anak tersebut. Menurut Bridger (1995) yang dikutip oleh Mayrika dkk (2009 : 65), pembebanan tulang belakang dalam waktu lama mengakibatkan rongga diskus menyempit secara permanen dan juga mengakibatkan degenerasi tulang belakang yang akan menyebabkan nyeri punggung bawah kronis. Maka dari itu sebaiknya orang tua lebih waspada akan hal tersebut dan lebih peka terhadap hal yang mungkin memang sepele akan tetapi berakibat fatal jika tidak diperhatikan lebih dini. Dalam hal ini tidak hanya orang tua saja yang bertanggung jawab oleh masalah ini, dari pihak sekolah yaitu guru juga berperan penting dalam mengawasi anak didik mereka sehingga tidak hanya menjadi pelajar yang memiliki intelegensi tinggi, akan tetapi juga membuat anak didik mereka sehat secara jasmani. Seorang guru juga perlu mengawasi dan memberi sarana agar anak tidak lagi memakai tas yang berat mengingat bahwa pemakaian tas berat pada anak sangatlah buruk pengaruhnya pada postur tubuh anak
Perkembangan postur tubuh seseorang diakibatkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ditimbulkan dari pengaruh ibu sejak masih dalam kandungan, kondisi ibu yang berpengaruh seperti gizi makanan, aktivitas fisik dan kondisi emosional. Faktor eksternal adalah faktor yang ditimbulkan dari pengaruh lingkungan (Husdarta dan Yudha M Saputra, 2000 : 21), faktor lingkungan salah satunya meliputi kebiasaan dan psikologis seorang ana, ketika seorang dibiasakan dengan sesuatu yang salah maka anak tersebut akan cenderung terus menerus melakukannya karena mereka anggap itu adalah hal yang biasa, jadi ketika seorang anak sudah biasa memakai tas berat maka anak tersebut akan terbiasa membawa benda-benda berat tanpa tahu akan konsekuensinya, meski dari sisi psikologisnya berkata hal tersebut adalah hal yang sudah biasa, akan tetapi anggota tubuh tidak demikian. Hal ini membuat pertumbuhan tulang punggung seseorang akan terus membungkuk tanpa orang tersebut sadari.
Pemakaian tas berat di kalangan anak usia Sekolah Dasar ini dapat terjadi karena banyak faktor, salah satunya adalah banyaknya buku yang seorang anak bawa tiap kali ke sekolah. Sebenarnya hal ini dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain orang tua murid dapat membelikan anaknya tas punggung dengan kapasitas yang sesuai dengan tubuh anak, jangan terlalu besar dan jika buku yang masuk tidak cukup masuk semua kedalam tas punggung, maka berikanlah tas tambahan berupa tas jinjing. Dengan demikian anak akan membawa buku pelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, sehingga tubuh anak tidak akan membungkuk dan postur tubuhnya akan tetap terjaga. Guru juga berperan penting untuk mencegah anak memakai tas berat, karena sebab dari masalah tersebut adalah banyaknya buku pelajaran yang anak bawa, maka akan ada baiknya jika pihak sekolah menyediakan fasilitas berupa loker pribadi untuk anak didiknya di sekolah, dan tiap anak memiliki kunci lokernya. Jika ruangan sekolah dirasa tidak cukup untuk menambahkan sarana tersebut, pihak sekolah dapat memberikan fasilitas lain yang mempunya fungsi serupa, yaitu meja berlaci. Dengan demikian anak akan dapat mengurangi beban buku pelajaran yang mereka bawa, minimal buku paket semua pelajaran dapat masuk ke dalam loker maupun meja berlaci tersebut.
I.2 Identifikasi Masalah
Permasalahan pokok yang ada adalah masalah kesehatan anak berupa pembungkukan tulang yang diakibatkan oleh kurangnya kesadaran dari orang tua, anak, maupun guru, dan faktor terpicunya permasalahan tersebut akibat dari tas berat yang dipakai oleh seorang anak. Hal ini dikarenakan kurangnya himbauan kepada orang tua, anak, dan guru disekolah mengenai pentingnya postur tubuh anak dan bahaya dari membiarkan tulang seorang anak memikul benda berat dengan memakai tas yang memiliki kapasitas berat yang tidak sesuai dengan tubuh anak.
Pada seorang anak, kurang pengetahuan akan hal tersebut membuat anak akan tetap memakai tas yang berat tanpa tahu akan dampaknya pada kesehatan diri mereka, hal ini dapat dipicu oleh dua pihak, yaitu pihak orang tu dan pihak guru:
1. Orang tua:
‘ Orang tua kurang peka dalam memperhatikan postur tubuh anak
‘ Kurang mengawasi tas yang dipakai anak, beberapa orang tua masih membelikan tas anaknya dengan pertimbangan yang sederhana dan hanya mempertimbangkan minat anak akan tas tersebut.
2. Guru:
‘ Faktor yang cukup penting, karena sifat seorang anak adalah masih takut akan hukuman, anak akan cenderung mengikuti apa yang guru katakan, beberapa anak menganggap bahwa perintah guru adalah perintah yang mutlak, sehingga terkadang seorang anak akan lebih menuruti gurunya daripada orang tuanya.
Buku yang dibawa seorang anak SD per pelajaran minimal adalah 3 buku meliputi buku catatan, tugas, dan buku paket. Buku catatan dan tugas adalah buku tulis biasa dengan kapasitas berat yang ringan, sedangkan buku paket memiliki kapasitas yang cukup berat. Anak disekolah memiliki 3-4 jadwal pelajaran setiap harinya yang berarti seorang anak akan membawa minimal 6 buku ringan dan 3 buku berat. Hal inilah yang menjadi pemicu terjadinya permasalahan mengenai pemakaian tas berat oleh anak
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menjaga kemungkinan berkembangnya masalah utama, maka perlu untuk memberikan batasan masalah dalam penelitian ini.
Batasan penelitian yang berjudul ‘Perancangan Komunikasi Visual Pencegahan Pemakaian Tas Berat Terhadap Pembungkukan Postur Tubuh Anak’ dibatasi dengan permasalahan yaitu kurangnya pengetahuan anak mengenai dampak negatif pemakaian tas berat terhadap kesehatan mereka dan kurangnya kepekaan orangtua terhadap bahaya memberikan anak tas dengan kapasitas yang beratnya tidak sesuai dengan tubuh anak. Penelitian dilakukan pada tahun 2015 dengan sasaran primer anak usia 6-12 tahun dan sasaran sekunder orang tua anak yang berlaku sebagai pendamping dan pengarah anak. Perancangan tersebut memiliki batas target sasaran yang meliputi :
a. Batasan geografis :
Cakupan wilayah yang akan disasar adalah Indonesia terutama wilayah Semarang. Wilayah ini disasar karena kota Semarang memiliki cukup banyak sekolah dasar yang diminati oleh masyrakat dalam kota maupun luar kota.
b. Batasan demografis :
‘ Primer :Orang tua dan Guru, kisaran usia 27-60 tahun
Target primer adalah orang yang memiliki peran penting dalam mengawasi tumbuh kembang anak yaitu orang tua dan guru. Orang tua anak berperan penting dalam mengawasi anak dalam lingkungan keluarga. Orang tua terkhususnya seorang ibu dimana ibu merupakan sosok yang biasanya memiliki waktu lebih banyak untuk mengurus seorang anak, telah memasuki usia dimana harus mengurus anaknya yang sedang menempuh pendidikan Sekolah Dasar. Umur ini diambil menurut standart usia menikah di Indonesia yaitu pada wanita usia 20 tahun. Maka usia mereka mengurus anak pertama kali pada usia sekolah dasar sekitar umur 26 tahun hingga 32 tahun. Sementara batasan akhir umur 60 tahun diambil dari usia pensiun seorang guru sesuai dengan UU no.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru berperan penting mengawasi dan mendidik anak di lingkungan sekolah. Perlu adanya kesadaran dari guru akan kesehatan anak didiknya, agar guru tidak hanya memikirkan intelegensi anak, tetapi juga memperhatikan kesehatan postur tubuh anak didiknya dengan berusaha memberikan fasilitas lebih untuk mendukung hal tersebut.
‘ Sekunder : Anak SD, kisaran usia 6-12 tahun
Pada usia ini, seorang anak sedang menempuh pendidikan sekolah dasar dimana usia pendidikan untuk anak yang berlangsung cukup lama minimal 6 tahun, dan pada tahap pendidikan ini, kebiasaan seorang anak mulai terbentuk. Kebiasaan tersebut terbentuk dari rutinitas anak, maka perlunya pengarahan pada usia ini karena jika pola piker anak sudah mulai terbentuk buruk, maka anak tersebut akan menganggap hal buruk tersebut adalah hal yang biasa, contohnya dengan memakai tas berat yang sebenarnya dapat merusak tulang punggung mereka, mereka akan menganggap pakai tas berat adalah hal yang biasa bila tidak ada yang memberikan penginformasian bahwa hal itu adalah hal yang buruk
I.4 Perumusan Masalah
Pengawasan dan kepekaan orang tua dan guru di lingkungan anak merupakan hal yang sangat utama dalam kesehatan postur tubuh anak dalam mencegah factor-faktor yang memicu proses pembungkukan tulang punggung anak.
Dari masalah tersebut muncul sebuah perumusan masalah yaitu ‘Bagaimana merancang sebuah kampanye social untuk mencegah pemakaian tas berat melalui desain komunikasi visual’?
I.5 Tujuan Penelitian dan Perancangan
Tujuan utama dari perancangan akhir ini adalah merancang sebuah kampanye sosial ‘pencegahan pemakaian tas berat terhadap pembungkukan postur tubuh anak’ dengan menggunakan strategi komunikasi yang kreatif dan tepat sasaran.
I.6 Manfaat Penelitian dan Perancangan
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi anak usia 6-12 tahun
Sebagai pengedukasian sejak dini pada usia pendidikan sekolah dasar tentang bahaya menggunakan tas yang berat dan mencegah perusakan tulang sehingga terjadinya pembungkukan tulang pada postur tubuh sang anak, sehingga kesehatan tulang sang anak akan lebih terjagadi kemudian hari.
2. Bagi orang tua anak
Sebagai penyadaran kepada orang tua agar orang tua lebih peka terhadap postur tubuh anak yang merupakan besar kaitannya terhadap kesehatan seorang anak dan memberikan pemahaman kepada anak tentang bahaya memikul benda berat yang tidak sesuai dengan kapasitas kekuatan tulang anak dengan memakai tas berat yang dapat memicu pembungkukan tulang punggung anak, sehingga anak sadar dan lebih peka untuk menjaga kesehatan tulang mereka.
3. Bagi pihak sekolah dasar
Lebih menyadari akan dampak buruk dari pemakaian tas berat terhadap kesehatan postur tubuh anak dan meningkatkan awareness para guru akan hal tersebut, sehingga guru memiliki keinginan untuk mengurangi jumlah buku yang akan dibawa oleh anak didiknya serta memiliki minat untuk memberikan fasilitas lebih kepada muridnya untuk mendukung hal tersebut.
4. Bagi universitas
Sebagai bahan referensi dan dokumentasi mengenai ‘perancangan komunikasi visual pencegahan pemakaian tas berat terhadap pembungkukan postur tubuh anak’ yang dapat digunakan sebagai jurnal maupun data bagi mahasiswa lainnya.
5. Bagi Bidang Keilmuan Desain Komunikasi Visual
Memperkaya sumber referensi untuk bidang keilmuan Desain Komunikasi Visual, juga dapat membuktikan dengan ilmu Desain Komunikasi Visual dapat menggerakkan masyarakat untuk lebih memperhatikan postur tubuh anak dan dampaknya pada kesehatan seorang anak.
6. Bagi Penulis
Sebagai penambah wawasan dan ilmu serta mempelajari cara merancang sebuah kampanye sosial yang menggunakan strategi komunikasi visual yang tepat sasaran dengan target dan tujuan menggunakan elemen visual yang kreatif dan menarik serta sebagai penyelesaian tugas proyek akhir program studi desain komunikasi visual Unika Soegijapranata Semarang.
I.7 Metode Penelitian dan Perancangan
Metode pemecahan masalah dilakukan dengan cara menggunakan tinjauan pustaka, observasi dan analisa.
I.7.1 Tinjauan pustaka
Mencari data yang berkaitan dengan teori yang mendukung dalam perancangan komunikasi visual pencegahan pemakaian tas berat terhadap pembungkukan postur tubuh anak. Data yang dicari merupakan data pendukung untuk membantu penulis dalam menentukan strategi kreatif yang dapat di aplikasikan secara visual secara menarik dan tepat sasaran
I.7.2 Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati kebiasaan anak usia sekolah dasar dan mengamati tas yang orang tua berikan untuk anak mereka untuk mereka pakai ketika bersekolah. Hal ini dilakukan untuk membantu penulis menyusun strategi komunikasi yang sesuai dan membantu penulis membuat elemen kampanye dengan desain yang pas dan sesuai.
I.7.3 Analisa
Memanfaatkan data yang di dapat untuk menganalisa data tersebut dan diolah menggunakan berbagai teori, yaitu:
I.7.4.1 Teori Lasswel
Teori komunikasi yang dianggap paling awal (1948). DIbuat oleh Harold Lasswell menyatakan bahwa jika ingin menjelaskan proses komunikasi secara efisien dapat dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan berikut:
o Who (siapa?)
o Says what (Mengatakan apa?)
o In which channel (melalui saluran apa?)
o To whom (Kepada siapa?)
o With what effect (Dengan efek apa?)
(http://commsciencegroup4.blogspot.com/2012/10/teori-komunikasi-lasswell.html). Penulis menggunakan metode ini untuk mendapatkan data gambaran secara mendasar mengenai laporan kampanye yang sedang ingin di bahas. Untuk mendapatkan acuan data proses kampanye, cara ini merupakan cara yang sangat mudah.
I.7.4.2 Teori SWOT
Analisa SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi factor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.( Bambang Haffianto, FE UI, 2009). Hal ini dibutuhkan penulis untuk memperkuat data yang di dapatkan sebelumnya mengenai posisi dari klien di lingkungan pasar, sehingga penulis dapat merancang kampanye sesuai dengan kondisi klien dengan mempertimbangkan posisi klien di pasar. Dengan demikian penulis dapat membuat perencanaan kampanye secara matang dan sesuai dengan kondisi klien.
I.7.4.3 Teori 5W+1H
‘ What, apa yang masalah utama dalam perancangan’? Why, mengapa rancangan perlu dibuat’? Where,rancangan tersebut dimana dilaksanakan’? Who, rancangan tersebut siapa yang akan’? When,rancangan tersebut kapan dilaksanakan’? How, rancangan tersebut bagaimana mengerjakannya?
(Gaspersz, 2002). Dengan memakai metode ini penulis akan lebih mendalami rencana kampanye nya dan lebih mengerti apa yang sebenarnya kliennya itu butuhkan untuk mendesain kampanye yang sesuai dan menyusun rencana yang matang akan kampanye yang penulis rancang.
I.8 Sistematika Penulisan
BAB I
Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah yang dikaji, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan dalam penelitian.
BAB II
Tinjauan Umum berisi kerangka berpikir penulis, landasan teori yang digunakan sebagai acuan dan bantuan dalam membuat perancangan, kajian pustaka, dan studi komparasi dengan perancangan media yang sebelumnya sudah pernah diadakan.
BAB III
Strategi Komunikasi berisi data dari hasil penelitian penulis, target sasaran penulis, dan strategi komunikasi yang dipakai penulis untuk mendukung pembuatan perancangan.
BAB IV
Strategi Kreatif berisi tentang konsep visual penulis tentang perancangannya dan konsep verbal perancangan yang penulis pilih untuk komunikasi visualnya, serta visualisasi desain media komunikasi visual yang penulis rancang.
BAB V
Penutup berisi kesimpulan dan saran berdasarkan hasil perancangan proyek akhir yang dilakukan.
‘
BAB II
TINJAUAN UMUM
II.1 Kerangka Berpikir
Bagan2.1 Kerangka Berpikir
II.2 Landasan Teori
II.2.1 Anak Usia Sekolah Dasar
Dipakai
II.2.1.1. Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Anak pada usia ini dianggap sebagai masa yang tenang atau masa latent, dengan kata lain, ini adalah usia ketika seorang anak akan terbentuk sebuah daya pikir nya berdasarkan pengalaman yang seorang anak tersebut telah lalui (Gunarsa, 2006).
II.2.1.2. Tahap Anak Usia Sekolah Dasar
Anak sekolah dasar memiliki sebuah tahap yang disebut juga dengan gangage, disebut juga dengan usia kelompok. Pada usia ini seorang anak perhatiannya akan mulai beralih dari hubungan keluarga menjadi hubungan kerjasama antara teman dan lebih focus dalam kegiatan belajar (Gunarsa, 2006).
Seorang anak dituntut untuk memiliki kecerdasan dan kemampuan dalam hal fisik. Selain itu, seorang anak pada usia ini juga di tuntut untuk dapat menerima keberadaan orang lain dan dituntut untuk memenuhi kewajibannya dan juga harus patuh pada peraturan dan dapat mengontrol emosinya (Gunarsa, 2006).
Seorang anak pada usia ini akan tumbuh rasa persaingan yang cukup tinggi, karena pada masa ini seorang anak akan mulai sering muncul pikiran untuk membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. Hal ini mulai akan membuat seorang anak akan sangat mudah untuk takut jika menerima kegagalan dan ejekan dari teman usia sebayanya. Akan tetapi, jika seorang anak menjadi sosok yang berhasil di kalangannya anak tersebut akan mendapatkan motivasi yang lebih tinggi (Gunarsa, 2006).
II.2.2 Anthropometri
Anthropometri adalah data dimensi manusia yang sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya (Liliana Y.P, Suharyo Widagdo, Ahmad Abtokhi, 2007). Data ini dipakai oleh penulis sebagai penekanan teori penulis dan memperkuat alasan penulis mengangkat permasalahan mengenai pemakaian tas berat tentang terhadap pengaruh buruknya terhadap perkembangan dan pertumbuhan seorang anak terkhususnya dalam hal kesehatan postur tubuh.
II.2.3 Anthropometri Terhadap Alat Bantu Manusia
Menurut Mira (2009), pengukuran sistematis terhadap tubuh manusia disebut anthropometri. Anthropometri membahas mengenai bentuk tubuh dari segi ukuran maupun bentuk dari tubuh manusia. Anthropometri disini dikatakan sebagai alat ukur untuk membuat dan mendesain alat bantu untuk manusia sesuai ukuran tubuhnya. Dikatakan pula bahwa ukuran alat kerja menentukan sikap, gerakm dan posisi tenaga kerja. Dari teori tersebut maka jelas bahwa sebenarnya alat bantu manusia mutlak harus disesuaikan dengan tubuh penggunanya.
Bukan manusia yang mengikuti alat bantu, melainkan alat bantu yang harus disesuaikan dengan kemampuan manusia yang akan memakainya (Liliana Y.P, Suharyo Widagdo, Ahmad Abtokhi, 2007). Alat yang didesain dan diciptakan tidak dapat di buat tanpa mempertimbangkan kapasitas manusia, karena jika hal tersebut dilakukan, alat tersebut akan tidak akan dipakai secara maksimal dan menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia itu sendiri.
Dari kedua teori tersebut maka pada kasus pemakaian tas pada seorang anak sekolah dasar, harus diperhatikan keseimbangan antara anak dengan tas yang dipakainya, dengan demikian akan mencegah terjadinya dampak yang merugikan pada anak terkhususnya dampaknya terhadap postur tubuh yang dapat di derita seorang anak di kemudian hari. Selain itu, teori tersebut dimaksudkan untuk memperkuat data yang dipakai oleh penulis.
II.2.4 Pengertian Kampanye ######
Kampanye adalah suatu tindakan yang berfungsi untuk menyelesaikan sebuah masalah yang penyelenggara rasa harus di selesaikan, tindakan ini dilakukan dengan terorganisir dan telah dirancang secara matang sebelum dilakukan. Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai ‘serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu’.
Pfau dan Parrot (1993) mendefinisikan kampanye sebagai ‘A campaigns is conscious, sustained and incremental process designed to be implemented over a specified period of time for the purpose of influencing a specified audience’ yaitu kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah diterapkan.
Leslie B. Snyder di dalam Gudykunst & Mody (2002) mendefinisikan kampanye sebagai ‘A communication campaigns is an organized communication activity, directed at a particular audience, for a particular period of time, to achieve a particular goal’ yaitu kampanye komunikasi adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode waktu tertentu guna mencapai tujuan tertentu.
Rajasundaram (1981) mendefinisikan kampanye sebagai ‘A campaigns is acoordinated use of different methods of communication aimed at focusing attention on a particular problem and its solution over a period of time’ yang berarti kampanye adalah pemanfaatan berbagai metode komunikasi yang berbeda secara terkoordinasi dalam periode waktu tertentu yang ditujukan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu.
II.2.5 Definisi IMC
Integrated Marketing Communication (IMC), konsep yang berkembang di tahun 1980an ini didefinisikan oleh Schultz (2004) adalah sebuah strategi dalam proses bisnis dengan membuat perencanaan, membangun, mengeksekusi dan mengevaluasi pelaksanaan program komunikasi merek yang terkoordinasi pada konsumen, pelanggan, atau sasaran lain yang relevan dengan audience eksternal dan internal. Shimp (2010) mendefinisikan IMC sebagai sebuah proses komunikasi yang terdiri dari perencanaan, penciptaan, pengintegrasian dan penerapan berbagai bentuk komunikasi pemasaran (iklan, sales promotion, publikasi, event dan lain sebagainya). Sedangkan asosiasi agen periklanan Amerika atau yang dikenal dengan nama The 4As (The AmericanAssociation of Advertising Agency) mengatakan bahwa IMC adalah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang matang dengan mengevaluasi peran masing-masing bentuk komunikasi pemasaran (periklanan umum, sales promotion,public relations dan lain lain) dan memadukan bentuk-bentuk komunikasipemasaran ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi dan dampak komunikasiyang maksimal (Belch, 2009). Makadapat disimpulkan bahwa IMC adalah sebuah konsep komunikasi yang terencana,terintegrasi dan diterapkan dalam berbagai bentuk komunikasi pemasaran untukmemberikan pemahaman dan dampak yang maksimal melalui konsistensi pesankomunikasi kepada konsumen, pelanggan ataupun pihak lain yang relevan denganbarang atau jasa yang dikomunikasikan.Untuk dapat mencapai tujuan komunikasi, perusahaan dapat menggunakansebuah alat bantu yang disebut promotion mix (Belch , 2009).
Adapun beberapaelemen yang terdapat di dalam promotion mix ini adalah sebagai berikut:
‘ Advertising
Adalah segala bentuk komunikasi non-personal melalui berbagai mediamassa seperti TV, radio, majalah dan koran mengenai informasi tentang perusahaan, produk dan jasa atau ide sebuah sponsor yang dikenal. Elemenkomunikasi ini paling banyak digunakan pemasar karena dapatmenjangkau target audience dalam jumlah yang lebih besar daripadaelemen ‘ elemen lain. Selain itu, advertising juga dapat membangunekuitas merek dengan menciptakan brand image dan brand associationmelalui eksekusi iklan ke dalam benak konsumen.
‘ Direct Marketing
Merupakan sebuah aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan secara langsung kepada konsumennya. Umumnya aktivitas pemasaran ini dilakukan dengan caramengirimkan direct mail, melakukan telemarketingdan direct selling kepada konsumen yang dituju. Untuk dapat melakukanhubungan secara langsung dengan para konsumen potensialnya makaperusahaan mengelola data basedkonsumen.
‘ Interactive/ Internet Marketing
Aktivitas pemasaran yang dilakukan secara interaktif melalui CD-ROMs,handphone digital, TV interaktif dan lain sebagainya atau secara onlinemenggunakan jaringan internet untuk mengkomunikasikan produk danjasanya. Melalui aktivitas ini, perusahaan dan konsumen dapat melakukankomunikasi 2 arah langsung secara real-time.
‘ Sales Promotion
Aktivitas pemasaran yang dilakukan dengan cara memberikan nilaiincentive kepada tim penjualan, distributor, atau konsumennya secaralangsung untuk mendorong penjualan dengan cepat. Sales promotion yangdilakukan kepada konsumen biasanya dengan membagikan sample produk,kupon dan lain sebagainya untuk mendorong konsumen agar langsungmelakukan pembelian. Sedangkan sales promotion yang dilakukan kepadadistributor dan pedagang dilakukan dalam bentuk kontes penjualan,pemberian harga khusus, penyediaan merchandising dan masih banyaklagi bentuk lainnya.
‘ Publicity/ Public Relations:
Sama halnya dengan advertising, publikasi/ public relations adalahkomunikasi non personal melalui berbagai media massa seperti TV, radio, majalah dan koran mengenai perusahaan, produk, jasa atau sponsor acarayang didanai langsung atau tidak langsung yang dilakukan dalam bentuknews release, press conference, artikel, film dan lain-lain. Bedanya denganadvertising adalah, untuk masuk ke jaringan media massa perusahaantidak mengeluarkan dana khusus melainkan menyediakan berita seputarproduk dan jasa, melakukan event atau aktivitas lain yang menarik untukdiliput atau dipublikasikan oleh media massa. Sedangkan public relationadalah fungsi manajemen yang dilakukan untuk mengevaluasi perilakupublik, mengedentifikasi kebijakan dan prosedur individu atau organisasiterhadap public interest, serta mengeksekusi sebuah program untuk dapatditerima dan dipahami oleh publik. Tujuan utama melakukan publicrelation adalah untuk menciptakan dan mengelola image positifperusahaan di mata publik yang biasanya dilakukan dengan caramelakukan pengumpulan dana, mensponsori acara khusus, berpartisipasidalam aktivitas sebuah komunitas dan masih banyak lagi yang lainnya.
‘ Personal Selling
Adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan secara langsung oleh pihakpenjual untuk meyakinkan pembeli potensial membeli produk atau jasayang ditawarkan.Melalui aktivitas komunikasi ini, penjual dapatmemodifikasi pesan komunikasi agar sesuai dengan kebutuhan dankeinginan konsumen serta mendapatkan feedback langsung darikonsumennya.
II.2.6 Definisi Sosial Marketing
Memberikan konstribusi dalam rangka menyelesaikan masalah sosial adalah
salah satu bentuk aktivitas CSR (Corporate Social Responsibility) yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Namun, untuk menyelesaikan masalah sosial tersebut, terkadang diperlukan sebuah perubahan sosial masyarakat.Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk melakukan perubahan sosial adalah melalui social marketing dalam bentuk kampanye perubahan sosial.Kotler & Roberto (1989) mengatakan bahwa kampanye perubahan sosial adalah sebuah usaha terencana yang dilakukan oleh agen perubahan untuk meyakinkan target adoptersagar bersedia untuk menerima, memodifikasi atau meninggalkan ide, sikap, praktek dan perilaku negatif tertentu. Dengan melakukan kampanye perubahan sosial, agen perubahan berusaha untuk merubah perilaku target adopters yang pada tahap tertentu akan menunjukan sebuah perubahan positif seiring dengan semakin banyaknya informasi dan pengetahuan yang diperoleh oleh target adopters.
Kotler & Roberto (1989) menambahkan, bahwa kunci keberhasilan atau kegagalan sebuah kampanye perubahan sosial dipengaruhi oleh beberapa elemen penting, yaitu:
‘ Cause adalah sebuah tujuan sosial yang dipercayai oleh agen perubahan dapat memberikan jawaban dalam mengatasi masalah sosial.
‘ Change agent atau agen perubahan adalah seseorang atau sebuah organisasi atau aliansi yang berusaha untuk melakukan perubahan social melalui sebuah kampanye sosial.
‘ Target adopters adalah seseorang, atau kelompok atau sejumlah populasi yang menjadi target perubahan oleh para pemasar
‘ Channels merupakan jalur komunikasi dan distribusi yang digunakan untuk mempengaruhi dan saling bertukar reaksi antara agen perubahan dengan target adopters-nya.
‘ Change strategy adalah arahan dan program yang dilakukan oleh agen perubahan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku target adopter.
II.2.7 Teori Lasswel
Who : Siapa?
Says what : Apa yang harus dikatakan untuk mengkomunikasikan?
Which Channel : Media apa yg di pakai?
to Whom : Siapa target audiencenya?
With what effect : Apa yang dihasilkan?
II.2.8 Teori SWOT
Strength : Keunggulan yang dimiliki produk klien.
Weakness : Kekurangan yang dimiliki klien.
Opportunity : Apa keuntungan yang ada sesuai produk klien?
Threat : Ancaman bagi berkembangnya produk klien.
II.2.9 Teori 5W+1H
Who : Siapa klien kita dan target audiensnya?
What : Apa permasalah klien dan solusi desain yang muncul?
When : Kapan solusi desain dibutuhkan dan untuk berapa lama?
Where : Dimana solusi desain akan digunakan?
(medium: cetak, tv, web, dsb)
Why : Kenapa klien butuh solusi desain tersebut?
How : Bagaimana implementasi dari solusi desain tersebut?
II.2.10 Teori AISAS
Penyampain pesan sosial yang akan digunakan adalah metode AISAS.AISAS sendirikepanjangan dari Awaraness – Interest – Search – Action ‘ Share.
a. Awaraness adalah sebuah produk harus diperkenalkan kepada target marketnya. Perkenalan itu bisa dilakukan melalui berbagai bentuk kegiatan komunikasi marketing (above the line maupun below the line) dan Public Relation. Dengan hadirnya era internet ini, cara memperkenalkan sebuah produk atau kampanye semakin mudah.
b. Interest adalah proses tahap selanjutnya dimana target tertarik dengan produk yang kita punya.
c. Searchadalah target akan berusaha mencari tahu maksud dari pesan social yang disampaikan lewat berbagai media.
d. Action adalah tindakan konsumen. Proses interaksi langsung antara konsumen dengan produk serta tanggapan konsumen yang kemudian menjadi suatu tindakan nyata.
e. Share adalah hasil setelah konsumen merasakan semua pengalaman interaksi mereka dengan produk/brand, mereka akan membagi pengalamannya kepada orang lain. Sehingga pengalaman baik ataupun buruk akan mudah tersebar ke banyak orang,.
II.2.11 Teori Desain Grafis
Prof. Yusuf Affendi(1975)mengungkapkan bahwa desain pada umumnya yaitumerancang, menciptakan bentuk, susunan grafis, bentuk (bidang), warna (nada) dantekstur, termasuk pula memilih unsur-unsur tersebut yang kemudian menggarap,mengolah dan membentuknya mewujudkan suatu bentuk ciptaan yang mengandungkaidah, nilai estetik dari wujud yang dimaksud.Kata grafis berasal dari bahasa Yunani graphien yang berarti menulis.Terminologi desain grafi tercetus pertama kali pada awal abad ke-20 danpengertiannya mengacu pada citra-citra yang tertulis, tercetak atau terukir.Beberapa permasalahan yang harus dipecahkan oleh desainer grafis :
1. Cermat menangkap perhatian masyarakat.
2. Mengidentifikasikan kelompok sasaran.
3. Mengetahui titik perhatian dan motivasi.
4. Mengkarakteristik maksud dan manfaat dari ide jasa yang akan disampaikan
/ dikomunikasikan.
Beberapa Faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan dan proseskreatif dalam desain grafis adalah:
1. Layout dari komposisi gambar, huruf, warna, dan jenis media yang merupakan kesatuan yang baik.
2. Kombinasi dari unsur gambar seperti foto, ilustrasi, atau gabungankeduanya.
3. Copy Text yang terasah dan menggunakan bahasa yang baik.
4. Ukuran dan jenis huruf yang dipakai agar mudah dibaca.
5. Warna yang mengidentifikasikan kelompok sasaran.
II.2.12 Teori Ilustrasi
Teori yang berkenaan dengan Ilustrasi adalah pendapat Drs. Soemarsono.D yang menyatakan bahwa ilustrasi dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaituilustrasi utama dan ilustrasi pendamping. Menurut Lori Siebert dan Mary Croperdalam bukunya, Working With Words And Pictures (1993), ilustrasi utama digunakan untukmenyajikan ide besar atau utarna. Ilustrasi utama digunakan untuk memperjelas ideutama.Ilustrasi sering dianggap harus berpegang pada kenyataan dan lebih imajinatifdaripada fotografi. Ilustrasi menawarkan sebuah strategi, hasil yang lebih kompetitif, namun ilustrasi tersebut harus benar-benar unik, berani tampil beda dan padahakikatnya merupakan ide kreatif Jadi menurut mereka, ilustrasi adalah bagian dariseni dalam membuat gambar, dan bagian membuat gambar adalah ilustrasi.To draw (menggambar) adalah membuat bentuk dengan cara menorehkansesuatu ke sebuah permukaan. Dengan potlot di atas kertas misalnya.Hasilnyaadalah goresan.Yang bisa berbentuk (figurative) atau bisa saja yang tidak berbentuk(unfigurative, abstrak).Menggambarkan (to describe) mempunyai arti lebih luas lagi,karena tidak hanya berkutat pada bentuk yang tergambar dalam bingkai, namun lebihdari itu, mempunyai makna yang ingin disampaikan.(Brotoadmojo,2002).
Sedangkan menurut Jim Aitchison(1999), ilustrasiyang baik harus dapat menguraikan masalah dan mampu bercerita sertamendeskripsikan ide yang mewakilinya sehingga pembaca dapat memperolehinformasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
II.2.13 Teori Tipografi
Pada buku Rob (1997), menjelaskanhal yang perlu diperhatikan dalam tipografi, antara lain:
1. Legibility: pemilihan huruf yang mudah dibaca. Huruf yang dipilih harus dapat dikenal mata dan dibaca tanpa bersusah payah,
2. Readibility: pemilihan huruf yang mudah dibaca.Huruf yang dipilih harus dapat dibaca tanpa menimbulkan kesalah pahaman.
3. Visibility: pemilihan huruf yang mudah dilihat.Huruf yang dipilih dapat dilihat tanpa harus bersusah payah.
4. Clearity pemilihan huruf yang memperlihatkan kejelasan.Huruf yang dipilih harus jelas keterbacaannya.
Dalam melakukan komunikasi secara efektif harus memperhatikan pemilihan hurufdalam penggunaannya. Beberapa pertimbangan dalam penyusunan tipografi agarmendapatkan legibilitas secara optimal:
1. Legibilitas huruf
Pemilihan huruf yang memiliki proporsi legibilitas yang tinggi.
2. Ukuran huruf, panjang serta jarak antar baris
Panjang baris yang ideal adalah sekitar 70 karakter (10-11 kata per baris, halini untuk menjaga kenyamanan pembaca. Baris yang terlalu penajang ataubahkan terlalu pendek akan menghasilkan rather copy reading (pemotongangerak mata).
3. Spasi huruf dan kata
Jenis huruf maupun ketebalan stroke, keduanya memiliki peranan yangberpengaruh dalam menentukan pada jarak antar huruf.
4. Lebar huruf
Huruf yang terlalu dicondsened terlalu diexpand dapat menurunkan tingkatketerbacaan atau dengan kata lain sulit dibaca. Huruf tersebut dapat lebihmenarik apabila digunakan untuk bagian headline, subhead, caption, ataupunslogan.
5. Huruf besar dan huruf kecil
Bila suatu teks secar keseluruhan disusun menggunakan huruf besar, makaakan mengurangi faktor keterbacaan. Tampilan huruf kecil yang diterapkanakan lebih dapat membuat suatu teks memiliki tingkat keterbacaan yangmudah untuk dibaca. Huruf besar dipergunakan pada awl kalimat, dan dapatjuga digunakan pada headline, dan subhead.
6. Pengaturan teks
Beberapa macam pengaturan teks:
Rata kiri : pengaturan teks yang banyak kita temui dan yang paling ideal,karena pembaca dapat dengan mudah mencari basis berikutnya.
Rata kanan : pembaca pada umumnya akan menemukan kesulitan dalammencari baris selanjutnya, karena awal baris yang tidak sama.
Justified : Selam jarak kata dan kalimat konsisten, maka pengaturan sepertiini akan efektif dan terlihat rapih.
Center : Pengaturan teks seperti ini memberikan kesan formal. Yang perludiperhatikan dalam penggunaan ini adalah dengan jumlah teks yang sedikit.
II.2.14 Teori Layout
Menurut Ambrose G. dan Harris P. (2006), layout adalah susunan dari tipografi dan seni (fotografi, ilustrasi, atau grafik ‘grafikjenis lainnya yang kita miliki) di atas kertas.Apa yang dimaksud denganlayout yang baik? Tidak ada satu jawaban pun yang benar untuk pertanyaan itu, tapiada beberapa kriteria yang harus diikuti.Ada tiga kriteria dasar untuk sebuah layout yang baik: berhasil dengan baik,terorganisir, dan dapat menarik orang yang menyimaknya. Ketiga hal di atas harus dilakukan, tidak hanya menggunakan satu atau dua kriteria saja.Untuk layout yang dapat berhasil dengan baik, harus dapat dimengerti dengancepat sesuai dengan caranya.Harus terorganisir agar pembaca dapat melihat denganbaik dan mudah mengikuti bagian-bagian dari layout.Dan layout harus menonjoldari para kompetitornya agar dapat menarik.Mengetahui bagaimana caranya untuk menggabungkan ketiga kriteria itu adalahkunci untuk membuat layout yang baik.
II.2.15 Teori Warna
Nurhadiat (2004) mengatakan teori warna dipakai sebagai acuan untuk setiap bidang ilmu.Teori warna pada dasarnya memiliki persamaan, antara teori Isaac Newton, Prang, Brewster, Oswald dan Albert Munsel.
Dalam dunia seni rupa, warna hitam dan putih diakui sebagai warna, seperti yang dikemukakan Albert Munsel.Namun, hal ini tidak perlu diperdebatkan, sebab pada kenyataanya dalam kehidupan sehari ‘ hari hitam dan putih banyak berperan.Kedua warna tersebut memiliki nilai keindahan yang dapat melahirkan keserasian. Akan kita sebut apa baju berwarna putih jika putih bukan sebagai warna?
Peranan warna dalam seni rupa sangat penting, sebab warna dapat berhubungan langsung dengan hati.Sebagai contoh jika orang melihat nanas yang berwarna kuning atau pepaya yang memerah lalu orang tersebut menjadi ingin memakan nanas atau pepaya. Begitu juga halnya ruangan yang dicar dengan warna kuning akan terasa luas, cerah dan panas. Sangat berbeda jauh dengan ruangan yang berwarna biru muda atau hijau muda, perasaan nyaman dan sejuk akan hadir walaupun terasa sempit.
Albert Munsel (1929) melengkapi teori Brewster, mengemukakan adanya tiga warna pokok (primer) yaitu merah, biru dan kuning. Menurut Brewster setiap warna memiliki tiga macamukuran:
‘ Hue (corak) yang menentukan nama warna, seperti warna merah, hijau, biru, kuning dan sebagainya.
‘ Value (nilai warna), yaitu terang dan gelapnya corak warna. Misalnya warna merah dicampur putih, warna merah dicampur hitam.
‘ Intensity (kekuatan warna) merupakan ukuran bercahaya atau suramnya corak warna. Ini terjadi karena percampuran dua atau tiga corak warna yang menjadikan warna lebih bercahaya atau kusam.
1. Corak warna :
– Warna primer : merah, kuning dan biru
– Warna sekunder : hijau (campuran biru dan kuning), ungu (campuran merah dan biru), jingga (campuran merah dan kuning)
– Warna tersier : hijau kekuning ‘ kuningan (campuran warna hijau dan kuning), biru kehijau ‘ hijauan (campuran warna biru dan hijau), ungu kebiru ‘ biruan (campuran warna merah dengan jingga), merah jingga (campuran warna merah dengan jingga), ungu kemerah ‘ merahan (campuran ungu dan merah), kuning jingga (campuran jingga dan kuning).
Warna ‘ warna diatas, dapat terjadi jika dicampur dengan perbandingan yang sama. Dari hasil campuran tadi, dapat menghasilkan 12 corak warna, dari ke-12 warna tadi dapat dibentuk lingkaran warna untuk menentukan warna yang berdekatan dan warna yang bertentangan.
2. Warna yang berdekatan:
– Monokromatik, kombinasi dengan satu corak warna, tetapi dengan value dan intensitas berbeda. Misalnya, merah dengan merah muda atau merah tua.
– Analogus, kombinasi yang terdapat dari dua sampai tiga corak warna yang berdekatan pada lingkaran warna. Misalnya kuning dengan kuning kehijau ‘ hijauan.
3. Kontrastik
– Kekontrasan yang didapat dari dua corak warna yang berhadapan dalam lingkaran warna, misalnya merah dan hijau.
– Kekontrasan yang didapat dari rangkaian tiga corak warna di dalam lingkaran warna. Satu warna berhadapan letaknya dengan dua warna yang berdekatan. Misalnya, ungu kemerah ‘ merahan lawan warna kuning dan hijau.
– Kekontrasan yang didapat dari rangkaian tiap corak warna yang terletak dalam bentuk segitiga dalam lingkaran warna. Misalnya warna jingga lawan warna hijau dan ungu.
– Kekontrasan yang didapat dari rangkaian empat warna berhadapan. Misalnya, warna merah lawan warna hijau dengan warna kuning jingga lawan biru keungu ‘ unguan.
4. Warna netral
Warna putih, hitam dan abu ‘ abu digolongkan ke warna netral.Namun ada uang mengatakan ketiga warna tersebut bukan warna, seperti dikembangkan dalam IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dari spectrum warna Isaac Newton.
5. Sifat warna
Pengaruh warna terhadap mata menimbulkan rasa panas dan dingin, dengan demikian kita mengenal warna panas dan dingin. Kelompok warna panas ialah kuning, kuning jingga, jingga, merah muda dan merah.Kelompok warna dingin ialah hijau, hijau tua, biru tua, biru muda, biru.Warna biru keungu ‘ unguan lebih dingin dari warna merah keungu ‘ unguan.Ruangan berwarna panas tampak lebih luas dibandingkan dengan yang diberi warna dingin.
6. Warna dan Fungsinya
Warna yang naturalis disebut warna harmonis, misalnya warna hijau untuk daun, biru untuk langit, merah untuk bunga mawar dan sebagainya.
Warna sebagai lambing disebut warna simbolis atau heraldis. Contohnya Sang Dwi Warna. Merah lambang berani dan putih lambing suci. Warna simbolis sangat relative tergantung tanggapan sekelompok masyrakat atau tanggapan individu seperti berkabung, kematian, dan lain ‘ lain.
Jika warna digunakan untuk warna itu sendiri, misalnya warna pada benda pakai dan warna untuk keharmonisan komposisi pada lukisan, maka warna tersebut dinamakan warna murni.
7. Nada dan warna
Seperti dalam seni music, pada lukisan pun dikenal nada ‘ nada warna.Misalnya terang gelapnya warna atau tua mudanya warna.