Essay: Saat ini, telah terjadi pergeseran peran apoteker…

Saat ini, telah terjadi pergeseran peran apoteker dari yang semula kepada obat (drug oriented) menjadi kepada pasien (patient-oriented), namun adanya pergeseran tersebut belum diimbangi sepenuhnya dengan peningkatan kompetensi apoteker di bidang farmasi klinis. Berdasarkan penelitian yang berjudul ‘Kesiapan Tenaga Farmasi Menghadapi Era Globalisasi’ mengungkapkan bahwa standar pelayanan di rumah sakit masih belum secara sepenuhnya dapat terlaksana karena adanya keterbatasan kompetensi dan juga ilmu yang masih umum (Depkes, 2004).
Selain itu, keterbatasan kompetensi apoteker di area tertentu, contohnya di rumah sakit, juga diakibatkan kurang memadaianya pengalaman praktek pada kurikulum yang dipersyaratkan oleh APTFI. Menurut Sukrasno (2008), jika dibandingkan dengan pendidikan profesi apoteker di berbagai negara yang walaupun sangat beragam namun secara umum telah diterapkan adanya pengalaman praktek selama satu tahun penuh. Oleh karena itu, lulusan yang dihasilkanpun lebih kompeten untuk dapat melakukan pelayanan kefarmasian. Ilmu yang masih umum juga disebabkan belum dilakukannya pemisahan materi pada program sarjana di beberapa perguruan tinggi penyelenggara pendidikan farmasi di Indonesia, dimana pemisahan umumnya baru dilakukan pada tugas akhir/skripsi. Walaupun pada perguruan tinggi lainnya, pemisahan materi sudah dilakukan sejak program sarjana sehingga peminatan lebih terkhususkan pada program profesi apoteker sesuai dengan materi yang telah dipilih pada program sarjana.
Keterbatasan kompetensi dan ilmu yang umumnya masih umum yang dimiliki oleh apoteker menjadi salah satu penyebab terhalangnya proses komunikasi dan kolaborasi antara tenaga kesehatan. Oleh karena itu, Ikatan Apoteker Indonesia, Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) dan Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Farmasi sudah seharusnya merumuskan konsep spesialisasi apoteker pada bidang tertentu. Spesialisasi apoteker dibutuhkan untuk dapat meningkatkan kompetensi apoteker, khususnya apoteker yang bekerja di rumah sakit.
Dengan adanya spesialisasi pada apoteker maka akan lebih meningkatkan pelayanan farmasi klinik di rumah sakit. Di Indonesia, konsep farmasi klinik belum berjalan dengan baik atau belum berjalan dengan baik di sebagian rumah sakit. Hal ini disebabkan, manajemen rumah sakit masih berfokus pada pelayanan kefarmasian secara umum, yang terdiri dari pelayanan resep, obat yang tersedia dan percepatan waktu tunggu. Konsep farmasi klinis dapat bermanfaat untuk meningkatkan keamanan dan keberhasilan pengobatan, pemantauan masalah sehingga dapat diatasi dan rasionalisasi harga obat sehngga dapat meningkatkan kepuasan pasien (Herman dkk, 2013). Kompetensi farmasi klinik juga diperlukan untuk dapat memberikan rekomendasi kepada para dokter atau profesional kesehatan lainnya dalam pengobatan, melalui komunikasi yang baik dapat membangung kolaborasi yang baik diantara para profesional kesehatan sehingga apoteker akan memperoleh pengakuan terhadap kompetensinya oleh para profesional kesehatan lain. Di negara maju, seperti Amerika Serikat, konsep spesialisasi farmasi sudah dilaksanakan sehingga farmasis di Amerika Serikat sangat terlibat dalam pengobatan pada pasien. Meningkatnya kompleksitas penyakit dan pengobatan suatu penyakit membutuhkan pelayanan yang lebih komprehensif dan kompleks oleh apoteker. Hal ini dapat dipenuhi oleh konsep spesialisasi farmasi dimana apoteker spesialis memiliki kemampuan yang mendalam pada penanganan dan pengobatan penyakit ‘ penyakit tertentu sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan pasien.
4.2 Model Pengembangan Apoteker Spesialis di Indonesia
Di Indonesia, terdapat faktor kurang memadainya pengalaman praktek dan ilmu yang umumnya masih umum pada lulusan profesi apoteker walaupun sudah terdapatnya beberapa perguruan tinggi yang melakukan pemisahan materi sejak program sarjana.

Leave a Comment

Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.