Essay: Adanya kemajuan perekonomian serta bergesernya…

Adanya kemajuan perekonomian serta bergesernya pola kehidupan masyarakat, maka bergeser pula pola penyakit. Pergeseran tersebut dari penyakit infeksi ke penyakit degenerative diantaranya penyakit jantung dan pembuluh darah. Penyakit jantung yang banyak di indonesia adalah penyakit jantung koroner dan penyakit tekanan darah tinggi (Rilantono, 1999).

World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020 penyakit tidak menular (PTM) akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia (Ariani, 2013). Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kali kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Hipertensi merupakan gejala yang biasanya terjadi seiring dengan pertambahan usia seseorang. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi. Hipertensi merupakan penyakit yang dikenal dengan istilah disebut silent killer karena karena gejalanya hanya sedikit, bahkan terkadang tanpa gejala (Utami, 2010).

Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang diseluruh dunia, yaitu sekitar 13 % dari total kematian. Dewasa ini kasus hipertensi terutama di negara berkembang meningkat sekitar 80%, di tahun 2005 kasus hipertensi berjumlah 639 juta dan akan mengalami peningkatan pada tahun 2025 menjadi 1,15 milyar kasus. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi yang terus bertambah dan adanya peningkatan jumlah penduduk (Nurocmah, 2009 dikutip Tryastuti, 2012).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2013 menunjukkan, prevalensi hipertensi di Indonesia (berdasarkan pengukuran tekanan darah) pada tahun 2007 yaitu 31,7 % sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 25,8 % dari total penduduk dewasa (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan laporan Dinkes Sumatera Selatan, hipertensi menunjukkan pertambahan jumlah setiap tahunnya. Berdasarkan data didapatkan bahwa prevalensi penyakit hipertensi di Sumatera Selatan per 10.000 jiwa pada tahun 2006 sebanyak 30,11%, pada tahun 2007 sebanyak 49,21%, pada tahun 2008 sebanyak 55,17% dan pada tahun 2009 semakin meningkat menjadi 58,36% (Buana Sumsel, 2011 dikutip Sandiya, 2013)
Menurut laporan Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2014, penderita hipertensi tahun 2012 berjumlah 76597, tahun 2013 berjumlah 63137 kasus. Berdasarkan laporan data kesakitan kota Palembang tahun 2012 – 2013 , yaitu tahun 2012 jumlah kasus pada laki-laki berjumlah 33381 dan wanita berjumlah 43216 sedangkan tahun 2013 jumlah kasus pada laki-laki berjumlah 27117 dan wanita berjumlah 36020. Berdasarkan laporan bulanan data kesakitan kasus hipertensi terbanyak terjadi pada wanita usia 45-54 tahun.
Berdasarkan laporan Puskesmas Plaju kota Palembang, pada tahun 2012 hipertensi menduduki urutan ke-3 dengan jumlah 1703 kasus sedangkan pada tahun 2013, hipertensi mengalami peningkatan yaitu berada di urutan ke-2 yaitu 2638 kasus. Berdasarkan laporan 2013, kasus hipertensi terbanyak dialami oleh wanita dengan jumlah 1663 sedangkan laki-laki 975 (Profil Puskesmas Plaju, 2013).
Bahaya hipertensi yang tinggi harus segera diatasi untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti stroke, gangguan jantung, ginjal kronik, mata, bahkan terkait dengan harapan hidup yang pendek. Hipertensi dapat menjadi ancaman serius apabila tidak mendapatkan penatalaksanaan secara tepat karena efek yang ditimbulkan baik jangka panjang maupun pendek sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang dan terpadu khususnya dalam bidang keperawatan agar taraf hidup manusia dapat meningkat (Zuraidah, 2012).
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk menurunkan insidensi, resiko penyakit kardiovaskuler serta mempertahankan tekanan darah dalam batas yang normal (Susilo & Wulandari, 2011 dikutip halida 2012). Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengobatan farmakologis dan non-farmakologis. Pengobatan farmakologis yakni dengan menggunakan obat-obatan anti hipertensi atau secara non-farmakologis yaitu pengobatan yang tidak menggunakan bahan dari senyawa kimia, antara lain dari bahan tumbuhan, menjaga pola makan, olahraga teratur, mengurangi asupan alkohol dan merokok, refleksi dan jenis-jenis terapi kesehatan (Ana, 2007).
Pengobatan farmakologis yang menggunakan obat-obatan tidak hanya memiliki efek yang menguntungkan, tetapi juga merugikan. Efek samping obat dapat menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan pada penderita, yaitu dapat memperburuk keadaan penyakit atau efek fatal lainnya. Reaksi ini dapat terjadi pada dosis yang biasanya digunakan untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit, selain itu harga obat hipertensi yang relatif mahal, dosis obat yang tidak praktis serta jenis obat yang sulit didapat mengakibatkan pasien berhenti mengkonsumsi obat dan berdampak terhadap terapi pengobatan yang dilakukan menjadi tidak efektif (Susiana, 2013).
Penatalaksanaan asuhan keperawatan nonfarmakologis dimaksudkan membantu penderita hipertensi mempertahankan tekanan darah pada tingkat normal sehingga mampu memperbaiki kondisi sakitnya (Susiana, 2013). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis dapat dilakukan pada penderita hipertensi meliputi; teknik-teknik mengurangi stres, penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau, olahraga atau latihan yang berefek meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi, dan relaksasi yang merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi hipertensi (Muttaqin, 2009).
Salah satu penatalaksanaan asuhan keperawatan nonfarmakologis untuk melancarkan sirkulasi darah dan meningkatkan relaksasi adalah dengan masase. Masase adalah terapi komplementer lain yang dilakukan dalam mengatasi hipertensi dengan menstimulasi sirkulasi darah, meningkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot serta metabolisme dalam jaringan (Kusyati, 2006). Salah satu jenis massase adalah masase swedish. Masase swedish merupakan jenis masase yang dilakukan dengan teknik pijatan yang sangat lembut, dapat memberikan efek rileks serta meningkatkan kenyamanan. Masase swedish juga merangsang jaringan dan saraf, menghancurkan mioglosis (endapan zat-zat kelelahan) disela-sela jaringan, mengembalikan kekenyalan kulit serta mengembalikan tonus otot. Selain itu fungsi pemijatan juga melancarkan peredaran darah sehingga menciptakan homeostasis (Sinclair, 2005 dikutip Pebriana 2013). Tekanan lembut dan beraturan pada masase swedish akan menyebabkan pengeluaran hormon beta-endorphine yang menenangkan, dan merilekskan tubuh sehingga rasa nyaman meningkat, serta penurunan hormon penyebab stres atau kortisol sehingga menyebabkan kenyamanan tubuh serta menurunkan tekanan darah (Suranto, 2011).
Masase Swedish menurut Tarr (2011) yakni memberikan berbagai stroke (gerakan) dan teknik tekanan yang digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke jantung, menghilangkan hasil metabolisme dari jaringan, meregangkan ligamen dan tendon serta meredakan ketegangan fisik dan emosional. Masase Swedish berbeda dengan masase pada umumnya karena dalam pelaksanaannya, masase Swedish memilik teknik khusus yaitu effleurage (menggosok), petrissage (memijat-mijat), vibration ( menggetarkan), tapotemennt (memukul-mukul) dan friction ( menggerus).
pelaksanaan masase digunakan minyak esensial lavender yang telah dilarutkan sebagai terapi pelengkap, karena dapat meningkatkan relaksasi dan tidak menimbulkan iritatif bagi kulit (Sharma, 2011 dikutip Ramadhani 2011).
Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 21 Februari 2014 di Palembang tepatnya di wilayah kerja Puskesmas Plaju terhadap 6 orang penderita hipertensi, didapatkan ada yang mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi, ada yang tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi atau obat herbal lain yang dapat menurunkan tekanan darah. Penderita hipertensi mengatakan tidak mengkonsumsi obat hipertensi karena efek samping dan ketergantungan yang dapat ditimbulkan oleh obat. Hasil pengukuran tekanan darah didapatkan bahwa 2 orang menderita hipertensi ringan dan 4 orang menderita hipertensi sedang.
Berdasarkan data dan penjelasan di atas, diketahui bahwa penyakit hipertensi di Kota Palembang khususnya di wilayah Plaju masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh masase swedish terhadap tekanan darah pada wanita dewasa penderita hipertensi primer sebagai pengobatan nonfarmakologis.
B. Rumusan Masalah
Hipertensi disebut sebagai The Silent Killer karena banyak yang tidak menyadari bahkan setelah mencapai stadium yang mengkhawatirkan karena tidak menampakkan gejala yang khas. Penderita hipertensi 95% tergolong dalam hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya (Utami, 2010). Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi pada beberapa organ tubuh, seperti jantung, ginjal dan otak (Muttaqin, 2012Penatalaksanaan non farmakologis yang dapat dilakukan dalam mengatasi hipertensi, yaitu dengan masase swedish.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah ‘Bagaimanakah pengaruh masase swedish terhadap tekanan darah pada wanita dewasa penderita hipertensi primer di wilayah kerja Puskesmas Plaju Palembang tahun 2014’?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui pengaruh masase swedish terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi primer
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui tekanan darah sebelum diberikan masase swedish pada penderita hipertensi primer
b. Untuk mengetahui tekanan darah setelah diberikan masase swedish pada penderita hipertensi primer
c. Untuk mengetahui tekanan darah sebelum dan setelah diberikan masase swedish pada penderita hipertensi primer

D. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Peneliti
Meningkatkan pemahaman dan menambah wawasan peneliti tentang masase swedish serta pengaruhnya terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi primer
2. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan tambahan pada pengetahuan ilmiah yaitu dibidang intervensi keperawatan serta memberikan informasi pengetahuan dalam proses belajar mengajar bagi mahasiswa
3. Bagi Instansi Bidang Kesehatan
Menerapkan masase swedish terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi sebagai intervensi keperawatan dalam menurunkan tekanan darah.
4. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan dan informasi mengenai masase swedish terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul ‘pengaruh masase swedish terhadap tekanan darah pada wanita dewasa penderita hipertensi primer di wilayah kerja Puskesmas Plaju Palembang’. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari ‘ Juni 2014.

Leave a Comment

Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.